Alhamdulillah 2018, Bismillah 2019

GEMERLAP pesta cahaya terselenggara lebih dari 60 titik Simpul Maiyah sepanjang tahun 2018. Masing-masing berproses secara otentik, membangun ruang belajar bersama, berproses menemukan kejernihan setiap ilmu, hingga setiap pelaku Maiyah menemukan sendiri kebenaran atas ilmu itu. Melalui Maiyahan, kita bersama-sama Sinau Bareng memaknai setiap peristiwa zaman, mengkaji ilmu pengetahuan, mentadabburi ayat-ayat Allah, kemudian mengusahakannya untuk ditransformasikan menjadi berkah untuk semua pihak.

Istiqomah bukan hanya sebuah hal yang diwacanakan dan dicita-citakan, para pelaku Maiyah pada setiap gelombangnya telah mengusahakan berlangsungnya keistiqomahan itu. Karena memang istiqomah pada hakikatnya bukan hanya sekadar titik yang dituju, namun juga sebuah proses yang terus berlangsung.

Memaknai kembali bahwa Maiyah adalah hadiah dari Allah yang secara khusus ditujukan kepada Indonesia. Kita bersyukur karena menjadi pihak yang terlibat dalam Maiyah ini. Pada setiap jengkal khasanah ilmu yang kita temui di Maiyah, bersama-sama kita menyadari bahwa ada banyak hal yang begitu lengkap tersaji di Maiyah yang sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

Kecintaan kita kepada Indonesia tak perlu dipertanyakan lagi. Proses Sinau Bareng yang kita semua terlibat didalamnya secara tidak langsung merupakan pengejawantahan dari rasa cinta kita kepada Indonesia. Tak perlu kita berteriak “NKRI harga mati”, karena kita telah menemukan pijakan bahwa seorang yang relijius sudah pasti adalah orang yang nasionalis. Takdir Allah telah menentukan bahwa kita dilahirkan di bumi pertiwi Indonesia, maka rasa cinta terhadap tanah air Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang sudah pasti tumbuh dalam hati sanubari kita.

Tak perlu peduli apakah Indonesia memperhatikan Maiyah atau tidak. Kesetiaan kita dalam berproses di Maiyah sudah kita perkuat dengan balutan keteguhan tauhid yang sangat kuat. Sehingga kita pun menemukan bahwa audien utama kita adalah Allah, bukan manusia, bukan media massa, bukan Pemerintah, bukan Negara.

Adalah sebuah kewajaran jika pada satu tahapan kita bertanya akan sampai dimana garis akhir atas semua yang sedang kita perjuangkan ini. Meskipun kita semua juga menyadari bahwa itu adalah rahasia Allah, namun manusiawi rasanya jika kita memiliki pertanyaan tentang hal itu. Justru melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu kita terus menjaga kemanusiaan kita.

Kedaulatan kita untuk menemukan keutuhan diri dalam kesadaran bahwa tidak ada dari kita yang berhak merasa lebih unggul dari yang lainnya, sehingga pada setiap jengkal kebenaran yang kita temukan di Maiyah tidak pernah sekalipun kita paksakan untuk pula diyakini oleh orang lain. Setiap kita yang berproses bersama di Maiyah memiliki alurnya masing-masing dalam menemukan kebenaran.

Namun yang paling utama dari itu semua adalah bahwa pedoman utama Sinau Bareng yang kita laksanakan selama ini adalah Wa ilaa robbika farghob. Seberapa besar usaha yang kita lakukan, seberapa jauh perjalanan yang kta tempuh, tetaplah bahwa sandaran utama kita adalah Allah Swt.

Pada akhirnya kita bersyukur telah memungkasi tahun 2018 dan segera kita songsong tahun 2019 dengan basmallah.