Abadi Meyakini Wa’dullah dan Syafa’at Rasulullah

I.

Alhamdulillah kita semua bersyukur atas lewatnya Kamis dan Jumat 4-5 November 2010 di bawah ayoman rahman rahim Allah Swt. Mulai hari ini kita refresh iman kita lagi, bekerja maiyah lebih lanjut, “narju, nastaghits wa nuslim” kembali.

II.

Kita buka kembali edaran Maiyah Cinta Segitiga, kita baca, pilih dan kerjakan dengan lelaku jiwa semampu kita. Di waktu luang kita selami secara akal, firman-firman itu, wirid-wirid itu, doa-doa itu, urutan logikanya, peta konteks syafaatnya, kausalitas langit buminya, sangkan dan parannya, 5W1Hnya, patrap maiyahnya.

III.

Kita ber-husnudzdzan dan meyakini kandungan cinta dan kekuatan firman Allah serta transfer frekwensi derita hati Badar Rasulullah SAW. Seluruh pekerjaan maiyah bertahun-tahun adalah pengharapan agar diterima untuk berada sepihak dengan Allah dan kekasihNya. Karena Ia memastikan “Aku tidak mengadzab mereka yg engkau Muhammad berada di antara mereka”.

IV.

Kita lebih kecil dan lebih lemah dari sebutir debu Merapi, karena segala gunung adalah milikNya. Yang membuat gunung-gunung ketakutan dan lari terbirit-birit meninggalkan amukannya “khasyi’an mutashoddi’an” adalah “khosyyatillah“, Maha Supreme Kuasa Allah yang kita pegang teguh dalam Maiyah.

V.

Pasukan Badar Maiyah di telapak tangan kedahsyatan vulkanik Merapi dan puluhan gunung lainnya, di jepitan lempengan-lempengan tektonik yang bergerak-gerak, secara ilmu wadag dan ilmu katon tidak memiliki kemungkinan untuk ‘menang’. Tetapi kita teruskan tekad dan keyakinan Rasulullah Saw di medan Badar bahwa Allah akan menganugerahkan kemenangan, kasih sayang dan pertolongan. Karena semua prajurit Maiyah sudah menuntaskan keikhlasannya utk “la ubali” atas apapun di dunia, asalkan “takun ‘alaina ghadhabun” Allah tidak murka kepada kita.

VI.

Syukur yang mendalam kepada Allah dan terima kasih kepada Jamaah Maiyah, kantung-kantung Kadipiro, yang dengan tulus lelaku mewiridkannya dengan bersila sepenuh jiwa. Sekarang kita berangkat lagi menempuh maiyah, melewati dunia, menuju Allah.

VII.

Semoga Allah mengizinkan dan mengayomi nanti malam atau kapan kita berkumpul di Kadipiro atau di manapun untuk:

  1. Memahami kembali muatan Edaran itu dalam situasi Merapi dan irama Nusantara.
  2. Memasuki ilmu dan wacana Maiyah untuk menemukan patrap/maqamat taqwa di tengah antara ketakutan dan keberanian.
  3. Belajar kembali peta ilmu yang membuat kita bisa menentukan dan mengakurasikan takaran bahaya, serta menemukan momentum dan sebab musabab untuk bersyukur, dengan takaran yg setepat-tepatnya.
  4. Mempetakan gelembung-gelembung tentang:

— ‘Mbah Petruk, Ki Blotok, Kiai Gringsing, Panembahan Sapujagat dll’,

— ‘Perwujudan sumpah Sabdopalon Noyogenggong’ pada sirnaning Majapahit,

— ‘Kiai Semar nagih janji’,

— Angin laut dan titik serbu : Kraton Yogya, Gedung Agung.

— Supremasi janji Allah tentang gunung berapi, logika dan peta Syafaat Rasul, konsentrasi lelaku Maiyah, dan ” faltandzur nafsun ma qaddamat lighad