TANAH TUMPAH DARAHKU

Reportase Kenduri Cinta juli 2014

BERTEPATAN DENGAN BULAN Ramadan, forum Kenduri Cinta edisi Juli 2014 dimulai setelah salat tarawih. Pukul sembilan malam Kenduri Cinta dibuka dengan pembacaan Alquran juz ke-17 yang dilanjutkan dengan sholawat Indal Qiyam. Setelah dibuka, diskusi dimulai dengan sesi mukadimah yang merupakan jembatan untuk mengantar diskusi. Para penggiat Kenduri Cinta bergantian memaparkan tema bulan ini, yakni: Tanah Tumpah Darahku.

“Pemilihan tema ini mencoba untuk memperjelas apakah kita benar-benar memiliki tanah air atau jangan-jangan kita sudah terbiasa dengan keadaan Indonesia yang dikuasai asing,” buka Adi. Menurut Adi, apa yang diillustrasikan dalam poster menggambarkan situasi yang kita alami. Keberadaan orang-orangan sawah yang berdarah seakan melegitimasi fakta bahwa rakyat Indonesia yang dulu berjuang untuk mempertahankan kekayaan bangsa sekarang tidak bisa menikmati apa yang dia perjuangkan dahulu.

Boim mencoba menarik garis dari tema dengan salah satu bait pada lirik Indonesia Raya; bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Seharusnya yang dilakukan adalah membangun jiwa terlebih dahulu, bukan membangun badan. Yang terjadi saat ini banyak rakyat yang membangun badan terlebih dahulu ketimbang jiwa. Yang dibangun justru apa yang sering disebut sebagai kulit luarnya saja, pencitraan dan sehingga terkesan bahwa seseorang menjadi orang Indonesia berdasarkan penampilannya saja. Namun jiwa dalam badannya tidak terbangun jiwa Indonesia.

Mathar Kamal memandu diskusi dengan beberapa narasumber; Amsyar, Noorshofa dan para narasumber lainnya. Ustaz Noorshofa dengan gaya ceramahnya yang khas membuka diskusi sesi pertama dengan pembahasan tentang rida, yang dalam pandangan beliau justru rida kita terhadap keputusan Allah adalah rida yang paling sulit.

RIDA MANUSIA TERHADAP KETENTUAN ALLAH

Ustaz Noorshofa sampaikan bahwa kecintaan terhadap tanah air, tanah tumpah darah adalah sebagian dari iman. Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah, bagian dari ibadahnya yang mana yang akan diterima oleh Allah dengan keridaan, Allah menjawab: Wahai Musa, tidak satupun dari ibadahmu yang membuat aku rida, melainkan ketika engkau rida dengan apa yang menjadi takdir-Ku maka Aku-pun akan rida.

Dalam beribadah, Ustaz Noorshofa kelompokkan menjadi tiga tingkatan. Pertama, manusia yang mengejar pahala; Kedua, yang mengejar surga; dan, Ketiga, yang mencari rida Allah. Orang yang ibadahnya hanya mencari pahala itu baik namun masih kalah dibandingkan dengan orang yang beribadahnya mencari surga. Tetapi orang yang beribadah mencari rid Allah adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Rasulullah pernah bersabda bahwa tidak ada satu pun manusia yang masuk surga karena amal dan ibadahnya melainkan karena rahmat dan karunia Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa Allah tidak adil kepada kita ketika kita mendapati bahwa apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sehingga yang terjadi adalah kegundahan dan kekecewaan yang mendalam dalam hati kita sendiri karena keputusan Allah yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Bagaimana mungkin kita mendapat rida Allah jika kita sendiri tidak mampu meridai keputusan Allah? Yang paling utama adalah rida kita terhadap keputusan Allah, apapun itu asalkan kita rida kepada Allah maka Allah akan rida kepada kita. Bukankah rida Allah yang seharusnya kita cari di dunia ini?

TANAH TUMPAH DARAHKU — Kenduri Cinta

Noorshofa menambahkan bahwa sesuatu yang baik akan melahirkan hal yang baik pula. Allah melahirkan salat, puasa, zakat dan haji, maka output dari semua itu adalah kebaikan. Rukun Islam adalah contoh simbol agama yang baik, bahkan sempurna. Jika diibaratkan sebuah handphone, maka Islam adalah sebuah perangkat yang memiliki fitur lengkap. Namun, sama seperti gadget pada umumnya, tidak semua pengguna perangkat elektronik mampu memaksimalkan fitur yang ada. Secanggih apapun sebuah ponsel, tak maksimal jika menggunakannya hanya sekedar untuk telepon dan mengirim pesan saja. Namun apabila seorang user memanfaatkannya dengan baik maka semua fitur akan mampu digunakan dengan maksimal. Begitu juga dengan Islam, apabila umat menggunakan baik maka akan melahirkan output yang baik pula.

Sebelum diskusi dilanjutkan, Balte Irama dan dua rekannya menyegarkan jamaah dengan tiga lagu dari Rhoma Irama.

Wardi, pencetus ilmu pengetahuan pedoman hidup “Tri Falaq Tunggalistik” sekaligus pembina dan pendiri yayasan padepokan Olah Roso (POROS), menegaskan poin-poin yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh Teuku Candra berkaitan dengan identitas bangsa dan negara Indonesia. Setelahnya, DR. Firdaus Syam membawakan puisi yang berjudul Enam Presiden. Pada kesempatan ini pula, beliau memberikan kenang-kenangan kepada Cak Nun berupa dua buah buku hasil karyanya.

“Sebuah kebenaran tidak mesti selalu berada ditempat yang tepat, adakalanya kebenaran justru berada di tempat yang tidak tepat sehingga menjadi bukan sebuah kebenaran. Kebenaran tidak mampu berdiri sendiri, dia butuh momentum dan proporsi.”

EUFORIA SECUKUPNYA SAJA

Cak Nun mengawali diskusi sesi kedua dengan berdoa untuk kebaikan-kebaikan bagi semua jamaah yang hadir serta untuk keselamatan bangsa Indonesia. Cak Nun memberi prinsip mendasar bahwa pembicaraan kedalam Maiyah diharapkan menjadi sebuah penyadaran, dan apabila pembicaraan ke luar Maiyah maka itu merupakan pengayoman. Hal ini diingatkan kembali oleh Cak Nun terkait akibat dari seringnya kesalahan dalam penempatan hal-hal yang tidak tepat, karena jika apa yang didapatkan oleh masyarakat Maiyah di Kenduri Cinta dijadikan sebagai bahan penyadaran orang-orang yang berada di luar lingkaran Maiyah, maka itu berpotensi menjadi pertengkaran-pertengkaran. Cak Nun mengingatkan kepada masyakarat Maiyah untuk tidak menghebat-hebatkan seseorang maupun menghina-hina seseorang.

Cak Nun menerangkan bahwa apa yang didapatkan oleh masyarakat Maiyah di Kenduri Cinta hendaknya bukan untuk dijadikan perdebatan di luar Maiyah, melainkan untuk dijadikan sebagai pengayoman bagi teman-teman yang berada di luar lingkaran. “Tidak usah berdebat, tidak usah menghebat-hebatkan siapa dan tidak perlu ikut menghina-hina siapa tetapi anda harus menjadi pengayom bagi bagi seluruhnya. Anda harus tetap menjaga cinta kepada Jokowi dan juga kepada Prabowo karena mereka adalah orang-orang Indonesia dan mereka adalah anak-anak bangsa Indonesia, dan anda harus tetap berdiri di tengah di garis khatulistiwa untuk mencintai mereka semua dengan cara mencintai yang searif-arifnya.

“Anda mendukung siapapun, mau memuja siapapun, mau menghina siapapun, saya ingatkan bahwa dari keseluruhan euphoria yang sedang anda rayakan mohon dicukupkan 5 persen saja, 95 persen sisanya persiapkan untuk kekecewaan-kekecewaan yang akan terjadi selanjutnya, siapapun presidennya. Khoirul umuuri awsatuhaa, bahwa yang terbaik adalah yang berada di tengah-tengah (secukupnya saja),” lanjut Cak Nun.

Cak Nun kemudian mencuplik sebuah ayat Alquran yang menjelaskan bahwa belum tentu apa yang kita benci adalah sesuatu yang buruk bagi kita, bisa jadi apa yang kita benci merupakan sesuatu hal yang baik bagi kita. Begitu juga dengan apa yang kita sukai belum tentu hal tersebut merupakan yang baik bagi kita. Bisa jadi apa yang kita sukai sebenarnya adalah hal yang buruk bagi kita. ’Asaa ‘an tukrihu syaian wahuwa khoiru-l-lakum wa ‘asaa ‘an tuhibbu syaian wahuwa sarru-l-lakum.

Seluruh teori manusia, akan batal semua ketika berada di hadapan Allah. Sebuah kebenaran tidak mesti selalu berada ditempat yang tepat, adakalanya kebenaran justru berada di tempat yang tidak tepat sehingga menjadi bukan sebuah kebenaran. Kebenaran tidak mampu berdiri sendiri, dia butuh momentum dan proporsi. Allah SWT mengingatkan kita dalam sebuah ayat: ’allama-l- insaana maa lam ya’lam, dari ayat ini Allah menegaskan bahwa sebenarnya manusia tidak mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini, manusia hanya diberi tahu sedikit saja dari semua ilmu yang dimiliki oleh Allah.

Cak Nun memberikan pernyataan dan penjelasan beberapa poin terkait pilpres 2014. Cak Nun mengritisi fenomena fanatisme masyarakat terhadap calon presiden Indonesia saat ini. Allah dan Rasulullah pernah dihina-hina namun banyak umat muslim yang tidak semarah seperti sekarang ketika Jokowi atau Prabowo dihina-hina atau diinjak-injak.

Rencana kedatangan Bill Clinton dalam beberapa waktu mendatang juga harus dicari garis lurusnya dengan proses pemilihan presiden di Indonesia. Secara momentum saja sudah bisa dianalisa keanehannya bagaimana seorang mantan presiden Amerika Serikat mengunjungi Indonesia disaat yang bersamaan Indonesia masih dalam proses pemilihan presiden baru.

“Jangan sampai kebenaran di dalam dirimu kalah oleh kehendak di dalam dirimu. Karena manusia itu kalah oleh kehendaknya.”

PUSAKA YANG SUDAH HILANG

Sejatinya manusia sendiri saja tidak bisa mengurusi apa yang ada dalam dirinya sendiri. Tuhan masih ikut campur dalam urusan yang ada dalam diri manusia. Misalkan saja tentang kencing dan buang air besar. Manusia tidak bisa mengurusi dua hal tersebut sendiri, mulai dari jadwal kapan dikeluarkan, bagaimana tubuh mengolah makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuh manusia, itu bukan murni dilakukan oleh manusia namun Tuhan masih turut campur dalam prosesnya. Seperti halnya bayi ketika lahir, fitrahnya bayi ketika lahir adalah menangis. Ketika bayi lahir keluar dari rahim ibunya, kita kagum dan bahagia luar biasa saat bayi tersebut menangis. Pernahkah kita bertanya kenapa harus menangis? Kenapa tidak tertawa? Begitu juga ketika bayi pertama kali menginisiasi air susu ibunya sendiri, siapakah yang mengajarinya untuk melakukan hal tersebut? Disitulah Tuhan turut campur dalam prosesnya.

Terkait tema Tanah Tumpah Darahku. Menurut Cak Nun, tema ini diambil dari lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dalam lagu Indonesia Raya karya WR Supratman banyak sekali hal yang sebenarnya masih harus kita gali lagi, bahkan banyak yang seharusnya kita pegang saat ini sudah hilang. Salah satunya adalah tafsir tentang pusaka. Cak Nun mengibaratkan sebuah benda pusaka adalah benda magis yang dimiliki seseorang, namun benda tersebut bukanlah senjata. Seorang penulis yang handal tidak mungkin menjual mesin ketik yang pertama kali ia gunakan, karena itu adalah “pusaka” si penulis. Meskipun si penulis sudah mahir menggunakan komputer, ia tidak akan menjual mesin ketiknya. Seperti keris bagi seorang ksatria. Keris bukanlah senjata untuk membunuh musuh, namun ia adalah pusaka. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dulunya adalah pusaka rakyat Indonesia, namun kini posisinya sudah dikebiri sehingga perannya di parlemen sudah tidak memiliki pengaruh apa-apa.

Melihat Pilpres yang tengah terjadi—dimana kedua kandidat sama-sama mendeklarasikan kemenangan—bagaimana mungkin sebuah pertandingan belum berakhir namun kemenangan salah satu kubu justru diumumkan oleh pihak yang sedang bertanding bukan wasit pertandingan. Maka yang terjadi adalah keduanya sama-sama mengklaim menang. Disini kita terbuai dan lupa, kita terbuai dengan imajinasi sosok pemimpin yang baru sehingga kita lupa dengan keberadaan SBY. Ketika kedua calon presiden yang ada terlibat pertengkaran saling klaim kemenangan, SBY mengambil peran untuk menengahi pertengkaran. Jelas dan nyata disini bagaimana sebenarnya ini adalah permainan SBY sendiri. Ketika sudah terjadi perselisihan klaim pengakuan kemenangan dari kedua kandidat, pemerintahan yang masih berkuasa baru memutuskan sebuah aturan bahwa salah satu kandidat tidak diperbolehkan mengaku-ngaku kemenangan berdasarkan quick count. Penonton saat ini sudah melupakan bintang film sebelumnya karena sudah terfokus pada bintang film yang baru. Opini yang terbangun saat ini adalah kemenangan salah satu kubu, sehingga kemudian terbangun argumen apabila pada saat diumumkan oleh panitia penyelenggara ternyata kubu yang lain yang memenangkan pertandingan maka akan dituduh melakukan kecurangan.

Ditengah diskusi, Letto diminta untuk menyapa jamaah dengan nomor terbarunya yaitu: Fatwa Hati dan Mata Rembulan. Lagu Ruang Rindu juga dibawakan oleh Letto secara akustik.

KEMENANGAN TIDAK SELALU BERDASAR PERTARUNGAN FISIK

Sabrang lalu menjelaskan filosofi semut. Dalam permainan, semut menang melawan gajah, namun akan kalah jika melawan manusia. Menurut Sabrang, kemenangan semut atas gajah bukan karena pertarungan fisik, melainkan pertarungan kecerdikan. Semut dapat menaklukan gajah dengan cara memasuki telinga sang gajah.

Cak Nun menarik dengan tulisan terbarunya di Majalah Sabana, Semut Ireng, Anak-anak Sapi. Dalam komunitas semut hal yang paling terpenting adalah kerjasama (gotong royong). Bangsa Indonesia ini memiliki filosofi gotong royong, maka sejatinya bangsa ini adalah bangsa semut. Semut adalah representasi binatang yang sulit dibasmi. Semut sendiri memiliki kualitas kerjasama yang sangat ekstrim. Ada koloni yang memang pekerjaannya mencari makan, ada yang tugasnya hanya beranak, ada yang tugasnya  bertarung. Koloni semut terbagi dengan rapi berdasarkan kualitasnya. Berbeda dengan sapi yang di-cocok hidungnya kemudian diperah susunya, dieksploitasi tenaganya. Ada koloni sapi yang hanya menjadi komoditas sapi pedaging, ada yang menjadi komoditas sapi perah, ada yang hanya dimanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah. Intinya adalah eksploitasi. Berbeda dengan semut, meskipun bentuk fisiknya tidak sebesar sapi namun ia sangat mandiri. Tidak bisa diperbudak, tidak bisa dikesploitasi oleh makhluk lainnya.

TANAH TUMPAH DARAHKU — Kenduri Cinta

Ian L Betts kemudian memaparkan bagaimana respon publik internasional terhadap pelaksanaan pilpres di Indonesia. Menurut Ian L Betts, publik internasional sangat kagum dan menyambut baik atas hasil quick count pilpres 9 Juli lalu. Publik internasional menyambut positif atas diumumkannya Jokowi sebagai presiden terpilih Indonesia versi quick count. Salah satu bukti disambutnya Jokowi dengan positif adalah bagaimana cara media internasional mengangkat headline terpilihnya Jokowi di halaman pertama. Menurut Ian L Betts, pilpres Indonesia tahun ini adalah yang sangat penuh dengan polarisasi dari dua kelompok.

Kemudian Ian L Betts mencoba menarik benang merah antara rakyat Indonesia dengan penjelasan tentang semut dari Cak Nun tadi, menurutnya rakyat Indonesia sangat siap untuk menghilangkan dirinya sendiri untuk kemudian tidak bergantung kepada presiden terpilih nantinya. Di tengah-tengah penjabarannya, Ian L Betts bercanda, “Quick count di Indonesia adalah quick count tercepat di dunia, proses pemilihan berlangsung sejak jam 7 pagi hingga jam 1 siang, jam 3 sore sudah diketahui siapa pemenangnya. Padahal di India saja  memerlukan waktu sampai 3 minggu untuk menyelesaikan proses quick count itu sendiri.”

Menurut Ian L Betts, letak strategis Indonesia yang berada di laut Cina selatan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar perusahaan multinasional untuk mendirikan anak perusahaannya di Indonesia. Hampir semua perusahaan asing multinasional ada di Indonesia. Karena dunia kapitalis sekarang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pangsa pasar terbaik bagi perusahaan yang ingin masuk dalam kompetisi persaingan secara internasional. Menurut Ian, ke depan pun publik Internasional akan tetap positif kepada Indonesia.

TANAH TUMPAH DARAHKU — Kenduri Cinta

EPILOG

Cak Nun menyambung pemaparan Ian L Betts, menurut Cak Nun tentu akan sangat indah apabila setelah 9 Juli Jokowi dan Prabowo tampil di publik berdua bergandengan tangan, sholat tarawih bersama, duduk bersama, tampil di TV bersama. Karena secara proses pemilihan sudah tidak ada lagi pengaruhnya bagi keduanya untuk merubah pilihan rakyat karena proses pencoblosan sudah berlangsung. Akan lebih indah lagi jika keduanya tampil bersama SBY.

Kesucian Maiyah akan mampu menghitung apakah nantinya presiden yang terpilih adalah presiden berdasarkan petunjuk Allah, diizinkan oleh Allah, dibiarkan oleh Allah, atau bahkan disesatkan oleh Allah. Kita harus bisa menghitungnya. Presiden rahmat atau azab oleh Allah. Sama seperti halnya jenis-jenis manusia, ada manusia halal, ada manusia haram, ada manusia wajib, ada manusia sunah dan ada manusia makruh. Seperti yang sudah pernah di bahas di forum-forum Maiyah sebelumnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03:36 WIB, Letto diminta memuncaki Kenduri Cinta edisi Juli 2014 dengan lagu Sebelum Cahaya, yang langsung disambung oleh Cak Nun dengan doa bersama.