Silaturahmi Penggiat Maiyah 2014

PhotoGrid_1418200272199 copy

SESAJI MBARANG GAWE

Mengajak orang lain untuk berbahagia adalah suatu hal yang sangat membahagiakan. Ide dari pertemuan ini muncul seiring proses lemparan dari teman-teman Kenduri Cinta yang berinisitaif membuat Rembug Maiyah dalam rangka penguatan internal Maiyah yang rencananya diadakan pada bulan Agustus 2014 lalu di Jakarta. Namun rencana tersebut belum dapat ditindaklanjuti karena terkait beberapa hal. Tetapi rencana pertemuan tersebut terus bergulir diantara penggiat Maiyah, hingga dalam diskusi internal di beberapa simpul-simpul Maiyah keinginan pertemuan itu semakin menguat, maka ditawarkanlah kepada Sedulur Juguran Syafaat sebagai tuan rumah penyelenggaraan acara tersebut. Sebagai forum yang baru lahir, Juguran Syafaat memposisikan dirinya sebagai pelayan bagi saudara-saudaranya yang lebih “tua” dengan mengundang mereka untuk berkumpul bersama, tentu saja dalam rangka isyiq bermaiyah. Sebuah kehormatan tersendiri bagi teman-teman penggiat Juguran Syafaat untuk menjadi tuan rumah pertemuan ini. Konsep pertama yang ada dalam pikiran sedulur Juguran Syafaat dalam penyelenggaraan acara ini adalah konsep Mbarang Gawe.

Dalam waktu kurang dari dua bulan setelah menyatakan kesediaannya Juguran Syafaat sebagai tuan rumah, sedulur-sedulur di Juguran Syafaat pun bergegas. Tajuk acara ini berjudul Silaturahmi Penggiat Maiyah 2014, dengan tagline Rumaketing Paseduluran, yang artinya: mempererat persaudaraan. Lokasi acara dipilih adalah Desa Baturraden, sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Slamet pada ketinggian 640M diatas permukaan laut. Ditetapkanlah tanggal pada tanggal 5-7 Desember 2014. Dibagilah tugas bahwa Juguran Syafaat sebagai panitia teknis acara dan ISIM Maiyah sebagai panitia konsep pertemuan tersebut.

Seluruh Sedulur Juguran Syafaat bekerja sama dalam rangka mensukseskan acara ini. Langkah pertama yang diambil adalah pembangunan kesadaran, bahwa pertemuan ini pertemuan besar. Tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu itu untuk hal yang sia-sia, begitu juga dengan acara ini. Para penggiat Juguran Syafaat ini terbagi menjadi dua kelompok: Kelompok Purwokerto dan Kelompok Purbalingga. Sedulur Juguran Syafaat dari Purwokerto bertindak sebagai panitia di lapangan yang kemudian menyusun agenda teknis untuk persiapan acara ini. Sedangkan Sedulur Juguran Syafaat dari Purbalingga melakukan laku-laku tirakat agar proses ke depan berjalan lancar. Jika sedulur Purwokerto serius betul mempersiapkan lokasi acara, kesiapan konsumsi, ketersediaan akomodasi transportasi, maka sedulur Purbalingga tak kalah arang dengan melakukan saba makam, puasa untuk acara hingga tapa kungkum. Semua demi untuk mensukseskan acara ini.

Dalam tradisi Jawa, untuk mengundang hajatan seseorang, maka kita secara akhlak harus mendatangi rumahnya. Hal inilah yang mendasari juga Sedulur Juguran Syafaat keliling silaturahmi ke arah timur yang dilakukan pada tanggal 9-10 November 2014. Tempat utama yang dituju adalah Menturo, Jombang. Dan lebih spesifik adalah Sentono Arum. Perjalanan dilakukan secara paralalel, tanggal 9 November pagi tiba di Menturo Jombang bertemu dengan para penggiat Maiyah Padhang mBulan, siang harinya dilanjutkan menuju penggiat Maiyah Bangbang Wetan di Surabaya, kemudian sore harinya menuju Malang untuk bertemu penggiat ReLegi. Dalam hal ini, purna sudah upacara awal untuk mengundang sedulur hajatan.

Rasa-rasanya, lengkap sudah sesaji kita untuk acara ini. Laku-laku tirakat, silaturahmi, hingga persiapan teknis. Selanjutnya, tinggal Allah mengerahkan balasewu-nya untuk membantu panitia dalam hal penyelenggaraan acara.

Hadir dalam acara ini tidak kurang dari 64 penggiat dari simpul Maiyah; Kenduri Cinta (Jakarta), Gambang Syafaat (Semarang), Mocopat Syafaat (Jogja), Maneges Qudrah (Magelang), Nahdlatul Muhammadiyyin (Jogja), Padhang mBulan (Jombang), Bangbang Wetan (Surabaya), ReLegi (Malang), Maiyah Malem Senenan (Pemalang), Tunggal Kareb (Tuban), Maiyah Lereng Merapi (Magelang), dan Sekala Selampung (Lampung).

RUMAKETING PESEDULURAN

Jumat siang, 5 Desember 2014. Beberapa penggiat sudah tampak berdatangan di lokasi acara dari berbagai kota. Mereka hadir dengan kendaraan pribadi, tetapi ada juga yang memilih menggunakan moda transportasi publik seperti kereta api ataupun bis. Kekompakan panitia di lapangan terbukti dengan cekatannya satu sama lain dalam menyambut dan melayani teman-teman penggiat Maiyah dari setiap simpul Maiyah yang beberapa hari sebelumnya sudah menyatakan kesediannya untuk hadir.

Salah satu hal yang menggembirakan adalah hadirnya teman-teman dari beberapa simpul Maiyah yang belum dikenal luas, salah satunya adalah teman-teman dari Maiyah Pemalang. Tidak banyak yang mengetahui bahwa mereka sudah muncul sejak 2007, tapi memang belum bersinggungan langsung dengan sedulur Maiyah yang lain. Hadir juga salah satu teman dari Sukabumi, Iwa. Dia menempuh perjalanan 2 hari 2 malam dari Jakarta ke Purwokerto dengan menaiki motor Vespa.

Malamnya, sebagai bentuk penyambutan resmi dari Sedulur Juguran Syafaat juga sebagai tanda bahwa acara Silaturahmi Penggiat Maiyah 2014 resmi dibuka, maka pada malam harinya diadakanlah sarasehan Juguran Syafaat. Suasana penuh dengan keakraban, sembari beristirahat setelah perjalanan yang panjang dari daerahnya masing-masing. Interaksi antar penggiat pun penuh guyon antar satu dengan yang lainnya, saling melepas kangen setelah sekian lama tidak bertemu pada satu acara semacam ini sejak Banawa Sekar Mei lalu di Mojokerto.

Acara dipandu oleh Kusworo dan Kukuh, dimaksud menyambut tamu dengan musik yang dikaryakan oleh Sedulur Juguran Syafaat dari Purbalingga. Mereka sudah menempa latihan hampir setiap hari dalam sebulan agar bisa tampil apik dalam acara ini. Malam itupun dimaksudkan dalam rangka soft launch mini album mereka yaitu Tahta Cinta. Sebuah ucapan selamat datang diberikan dari Pak Titut Edi, selaku perwakilan dari Juguran Syafaat. Sedikit pengantar dibawakan oleh Agus Sukoco, tentang proses kreatif. Acara berlangsung lancar, 5 lagu tersampaikan sudah. Harianto dari ISIM Maiyah kemudian memberikan pengantar untuk acara besok. Kemudian para penggiat beristirahat di kamar masing-masing.


Pada hari kedua, diskusi dimulai dengan tema identifikasi diri dan peran diri terhadap simpul Maiyah masing-masing. Acara dipandu oleh Erik Supit, Helmi Mustofa, dan Harianto. Identifikasi ini dimaksudkan agar setiap penggiat mampu mengenal dirinya didalam lingkungan Maiyah. Tata ruang forum diskusi tersebut agak berbeda dari pertemuan Maiyah sebelumnya, yaitu di-setting layaknya ruang rapat lengkap dengan menggunakan meja yang diatur melingkar, serta kursi.

Diskusi sesi pertama, penggiat yang ditunjuk secara acak kemudian diminta berbagi pengalaman terkait tentang perannya personal untuk simpul diwilayahnya masing-masing. Sesi ini berlangsung cukup menarik, penuh dinamika yang dibangun untuk melakukan dialektika agar forum dapat berjalan dengan baik. Sesi pertama ini berakhir pukul 12.30 WIB, untuk istirahat sejenak pikiran setelah beberapa jam berada diruangan. Satu jam setelah itu, sesi berikutnya diadakan sesi workshop dengan dibaginya dari keseluruhan simpul menjadi 5 kelompok yang sudah kelompokkan oleh panitia, dimana sesi itu berfungsi untuk penggalian potensi dari masing-masing simpul Maiyah yang ada. Pengantar diberikan oleh Mas Toto Raharjo dan Cak Adil Amrullah. Setelah pengarahan teknis diberikan, seluruh penggiat diminta keluar dari ruangan dengan didampingi LO (liaison officer) dari panitia untuk mencari tempat berdiskusi sesuai dengan kelompok yang sudah dibagikan.

Hasil dari diskusi forum kecil itu kemudian dipresentasikan pada malam harinya. Masing-masing kelompok diskusi membagikan analisa atas apa yang terjadi di simpul mereka. Sesi ini kemudian disambungkan dengan beberapa pertanyaan penggiat ke Mas Toto Raharjo dan Cak Dil. Setelah sesi ini berakhir, para penggiat dimohon untuk menyiapkan target-target internal apa saja yang akan digarap untuk masing-masing simpul nantinya.


Hari Minggu, acara dikemas lebih santai, format duduknya pun lesehan. Setiap simpul Maiyah memaparkan beberapa target jangka pendek yang akan dilakukan pada simpul mereka. Cak Dil juga memberikan penjelasan tentang Rumah Induk Maiyah yang terdiri dari Dzat, Sifat, Isim dan Jasad. Ini sebuah bentuk manajemen informasi antar simpul Maiyah. Satu hal yang cukup menarik adalah sebuah target yang dicanangkan oleh teman-teman penggiat Bangbang Wetan, mereka memiliki sebuah harapan dikemudian hari mereka mampu membangun sebuah Masjid Maiyah. Dalam sebuah pertemuan, Cak Nun pernah mengutarakan sebuah harapan akan terwujudnya masjid ini yang mana fungsinya tidak hanya sebagai tempat salat, namun pada suatu waktu dilaksanakan sebuah agenda yang isinya hanya salawatan dan dzikir bersama; jamaah hadir, merapatkan posisi kemudian rengeng-rengeng bersalawat dan berdzikir bersama-sama.

Kemudian sesi ini dilanjutkan dengan sharing dari Doktor Heri dari Jogja, dengan memperkenalkan beberapa teknologi alternatif yang sekiranya bisa diaplikasikan oleh teman-teman penggiat Maiyah. Pak Tjuk salah seorang teman dekat Cak Nun pun hadir, memberikan gambaran tentang kondisi pertanian di Indonesia. Beberapa pertanyaan dari penggiat ditampung dan direspon oleh Cak Dil, Pak Tjuk dan Doktor Heri.

Acara kemudian di puncaki dengan Shohibu baity yang dipandu oleh Rifangi dari Juguran Syafaat. Satu persatu para penggiat pulang ke rumah masing-masing, membawa tugas kerjanya masing-masing.

CATATAN AKHIR

Rasa guyub dengan persaudaraan yang sangat erat tampak terlihat jelas dalam pertemuan ini. Lokasi pertemuan yang terletak di kaki gunung Slamet menjadikan suasana pertemuan ini semakin kondusif, tentu saja saling sapa antar teman-teman penggiat satu sama lain menjadi kehangatan tersendiri. Dari hotel lokasi dilaksanakannya agenda ini, terlihat jelas wujud gunung Slamet secara dekat yang bisa disaksikan setiap pagi. Suasana dingin ditambah dengan kopi yang disediakan oleh panitia adalah perpaduan yang lengkap.

Ada juga pertemuan beberapa penggiat yang berdiskusi erat tentang batu akik Purbalingga, secara kebetulan penggiat Juguran Syafaat ada juga yang ke kali Klawing untuk mencari bahan batu akik. Penggiat Kenduri Cinta dengan Maiyah Pemalang terlibat dalam sebuah diskusi yang cukup serius dimana Maiyah Pemalang memiliki basis pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Tak lupa, hasil dari pertemuan ini adanya tekad dan itikad baik untuk merumuskan kembali bersama format terbaik untuk keluarga Mocopat Syafaat yang digawangi oleh teman-teman FGD (Focus Group Discusion) Martabat, Nahdlatul Muhammadiyin dan Buletin MS. Ada kesinambungan yang cukup baik antara Maneges Qudrah dengan Iwa dari Sukabumi, akan kerja sunyinya selama ini mengurai dekonstruksi nilai diwilayah pesantren di Sukabumi.

Hal ini ditanggapi syukur dan gembira oleh teman-teman panitia dari Juguran Syafaat. Goal yang diimpikan selama ini tercapai, “Rumaketing Paseduluran”. Apalagi yang lebih membahagiakan dari seorang tuan rumah, selain melihat para tamunya, apalagi dari jauh, ikut bergembira dan bersyukur bersama atas acara ini.

[Teks: HIlmy Nugraha]