La Indonesia illa Nusantara

9.1

Orang-orang Maiyah menangis hanya kepada Allah
Tidak kepada siapa dan apapun lainnya
Orang-orang Maiyah mensujudkan tangisnya
Di sajadah airmata Muhammad Imam tunggal kehidupannya
Sajadah airmata Rasulullah menjadi sungai panjang kerinduan
Mengalir menuju ufuk kesejatian dan keabadian
Mengalir hingga melampaui cakrawala akhir zaman
Sampai akhirnya menguap menghampa
Di Sidratil Muntaha pesta sunyi rahasia

9.2

Rasulullah tidak menangis, ia menangisi
Orang-orang Maiyah tidak menangis, mereka menangisi
Bangsa kumpulan manusia nyamuk-nyamuk bodoh
Lalat-lalat pemakan sampah, lintah-lintah penghisap darah
Serigala-serigala berebut tulang, burung-burung pemakan bangkai
Belum pernah sejak awal khalifah Adam diproklamasikan
Manusia mencapai maqam kekerdilan hingga sememalukan ini
Membanggakan kerendahan, kekonyolan dan kehinaan
Tak paham kematian, apalagi mengerti kehidupan

9.3

Orang-orang Maiyah menyusuri sungai fana
Sangat berat memanggul Diri-nya menuju baka
Untuk kelak diserahkan kembali kepada-Nya
Yang takkan menerima apapun selain Diri titipan-Nya
Orang-orang Maiyah tak bergeming mempertahankau Diri
Di tengah bangsanya yang tak sekedar tak kenal dirinya
Malah membuang menginjak-injak dan mencampakkannya
Bahkan tatkala Diri itu diambil dan dikembalikan kepadanya
Mereka tersinggung, karena yang tersisa, tinggal rangka

9.4

Orang-orang Maiyah hari ini menghentikan langkahnya
Berkumpul di tepi sungai, menoleh ke belakang sana
Wahai anak-anakku yang lahir di sungai sampah beracun
Puluhan, ratusan, ribuan, jutaan anak-anak masa depan
Pertama-tama maafkanlah kami orang-orang tua kalian
Kami telah bikinkan gelembung-gelembung Maiyah
Semoga bisa melindungi nafas, qalbu dan akal hidup kalian
Jika sungai ini masih terus dipenuhi sampah-sampah busuk
Mohon anak-anakku tekun menemukan gelembung-gelembung itu

9.5

Wahai Engkau Sang Maha Pemilik Saham Kehidupan
Wahai Engkau Sang Maha Pemegang Haq Segala Ketentuan
Kami sujudkan wajah hina dina kami ini ke hadapan-Mu
Yang Maha Mulia Maha Menaburkan Pinjaman Kemuliaan
Apabila yang kami cemaskan ini Engkau masih izinkan
Untuk terjadi dan mengepung kami dengan racun dan bebusukan
Mohon anugerahkan udara sejati dari hembusan nafas-Mu sendiri
Mohon jadikan kami penghuni rumah berlian qolbu Muhammad
Mohon lantik anak-anak kami resmi menjadi cucu Rasulullah

9.6

Rentang perahu Maiyah dan rangkaian bunga-bunga
Pengantin jagat raya penabur cahaya ke Bumi yang menderita
Dinikahkan oleh Baginda Khidlir sang Penghulu sepanjang masa
Manusia dan alam semesta dipersuami-istrikan
Denyut suami memperistrikan, pergerakan istri mempersuamikan
Membangun rumah tangga daratan dan lautan
Tajalli Sang Hyang dengan semua makhluk ciptaan cinta-Nya
Ruwatan tanah memohon, ruwatan pohon mengembang
Ruwatan kembang membuah, ruwatan buah mengAllah

9.7

Allah memaiyahkan siapapun
Yang Ia berkehendak untuk dimaiyahkan
Allah memaiyahkan Diri-mu
Allah men-Diri-kan Maiyah padamu
Kemudian Allah menguji Diri Maiyahmu
Allah mencampakkanmu di kerumunan makhluk andalan-Nya
Yang terpenjara di tengah takhayul dan halusinasi
Dikurung dikepung oleh asap tebal gelap yang membutakan
Yang membuat mereka riuh rendah mempertengkarkan bayangan

9.8

Bahkan ketika nanti asap itu engkau singkirkan
Kegelapan belum akan selesai, sebab hampir seabad
Mata mereka tak pernah terlatih untuk melihat
Bahkan hati dan pikiran mereka saling menghancurkan
Raga dan jiwa mereka saling memusnahkan
Musang-musang berkokok, ayam-ayam mengaum
Manusia membikin warung soto, jualannya rawon
Membangun pabrik kue, yang ditawarkan paku
Partai Masjid jualan setan, Partai Setan jualan serban

9.9

Para Malaikat Allah, rentang luas panjang kuasa-Nya
Menyebar menabur merasuk menjaga Luar memelihara Dalam
Jagat semesta berputar di antara rentang dua kakinya
Malaikat lembut selembut-lembutnya kelembutan
Mengawal setiap tetes airmata hati sedih manusia
Malaikat bersabar dengan kesabaran yang mengerikan
Menemani manusia yang hampir senantiasa tak manusia
Yang berulang-ulang gagal untuk sekedar ingat bahwa ia manusia
Namun Allah senantiasa juga membukakan peluang berikutnya

9.10

Hamparan sorga besar mengkerut menjadi kampung kecil
Penduduknya kinasih Allah minum racun oplosan politik
Gegap gempita berebut narkoba pilpres klenik dukun tiban
Saling pamer pakaian kebudayaan rendah peradaban kerdil
Jegal menjegal palsu memalsu lamis melamis bunuh membunuh
Berlari kencang tertawa terbahak-bahan jurang di depannya
Berebut dan mendaftar ikut merampok, kalau kalah ngemis
Siap bayar martabat dan uang berapa saja asal ikut menang
Padahal yang dimaksudkan adalah kekalahan
yang sesejati-sejatinya kekalahan

9.11

Orang-orang Maiyah menggali, menemukan
Dan menemani Ksatria Langit Bumi lahir kembali
Energi suci hati Allah Azza wa Jalla yang dicipratkan
Diurai menghampar menjadi rahmatan lilálamin
Melalui trafo agung induk segala matahari Nur Muhammad
Allah meletakkan orang-orang Maiyah di kedalaman
Sekaligus di multicakra ulang alik menembus mengepung
Bermaqam makrokosmik bersama Muhammad Parentah Ageng
Taqwa tawakkal di tangan kanannya, tanah air di tangan kirinya

Yogyakarta 15 Mei 2014
Muhammad Ainun Nadjib

Comments

Komentar