MELANGKAH BERSAMA

Reportase Kenduri Cinta April 2011

Kenduri Cinta bulan April diawali dengan bacaan Alquran surah Al-Baqarah: 177 sampai akhir juz 2. Melangkah Bersama bukanlah tentang persamaan langkah. Mau kaki kanan duluan, mau kaki kiri duluan, itu nggak masalah: yang terpenting adalah kita sama-sama sampai di tujuan.

Agung Pambudi, budayawan dari komunitas Adiluhung Nusantara, membuka sesinya dengan memaparkan silsilah: “Siapa yang mau melangkah bersama? Tujuan hidup kita di dunia tidak lain adalah untuk hidup dalam pribadi. Orang Jawa menyebutnya sebagai sangkan paraning dumadi. Kenapa ada 7 hari, 7 langit, 7 ayat: hal itu dijelaskan dalam Al-Quran surah Ar-Rahman, illa bissulthon.” Melanjutkan, “Nabi Adam — orang Jawa menyebutnya Sanghyang Adama — menurunkan Nabi Sis atau Sanghyang Sita, yang kemudian menurunkan Anwar dan Anwas. Mereka berdua melahirkan dua trah, yaitu trah para nabi dan trah para dewa. Sanghyang Nurcahya mempunyai putra Sanghyang Nurrasa yang kemudian melahirkan Sanghyang Wenang dan Sanghyang Wening. Sanghyang Wenang menurunkan Semar, Togog, dan Manikmaya; sedangkan Sanghyang Wening melahirkan Darmasuci yang menemani Yudhistira menuju nirwana. Sanghyang Wenang menurunkan jangus kalimasada pada Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal melahirkan Ismaya, Togog, dan Sanghyang Guru, yang menurut pendiri NU dialah Dajjal.

“Kemudian muncul Lemurian, Atlantik, peradaban Mesir Kuno di Afrika, Mesopotamia, dan Harappa. Cak Nun sudah merekonstruksi hal-hal itu dalam Tikungan Iblis.

Menyambung, tampil Cak Mono, sosok pembelajar ilmu teokreasi, terlebih dahulu memaparkan apa yang dimaksud dengan teokreasi. Dalam lingkaran Maiyah, teokreasi sekadar pelengkap saja. Segitiga Maiyah adalah: bersama Allah, teologi; yang dilambangkan oleh Nabi Musa, bersama manusia, teokrasi; disimbolkan oleh Nabi Sulaiman, dan bersama Nabi Muhammad, teosofi. Tiga hal ini ada dalam tataran-tataran ideologis.

Cak Mono juga menjelaskan bahwa teokreasi adalah konsep bahwa setiap yang kita ciptakan harus mengandung landasan-landasan ruh kasih sayang Allah dalam segi kebermanfaatannya. Dimulai dengan niteni, kemudian niroake, dan setelah itu nambah-nambahi. Dalam tataran yang lebih teoritik: tesa, protesa, tidak sepakat dengan antitesa; di sini ada brainstorming dan outsourcing ide, dan kemudian sampai pada sintesa. Kalau secara ideal kita sudah punya tiga teo, kita lengkapi dengan teokreasi.

“Membaca itu yang nomor satu bukanlah literer, melainkan membaca fakta-fakta yang ada di alam. Inilah intisari dari perintah Iqraa.”

Emha Ainun Nadjib, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Pembicara berikutnya, Gufron, sampaikan paparan yang menarik mengenai optimalisasi otak tengah dalam konteks ketauhidan. Bicara masalah anatomi, volume otak manusia adalah 2% dari keseluruhan berat badan manusia, di sisi lain kebutuhan makannya mencapai 25% dari kebutuhan makan seluruh badan.

Gufron juga sampaikan bahwa otak memiliki kemampuan 10.000 kali dari kemampuan komputer paling canggih saat ini. Otak memiliki 70 sampai 100 triliun pola pikir tak terhingga yang setara dengan 500 ensiklopedia. Ketika seseorang belajar dalam suasana yang menyenangkan, gelombang otak yang aktif adalah gelombang alfa. Gelombang ini bersifat menyerap informasi sebesar 70%, dan setelah 48 jam menyisakan memori sebesar 25%. Gelombang teta merupakan gelombang yang terjadi pada seseorang yang jenius/indigo, dalam bahasa pesantren disebut sebagai orang yang punya laduni. Orang-orang jenis ini belajar lewat resonansi, sehingga tampaknya dia tidak perlu melalui proses belajar untuk menjadi pintar.

Gelombang otak dapat direkam dengan menggunakan Electroenchepalograph (EEG). Antara syaraf otak yang satu dengan yang lain ada jarak yang disebut sinaps. Proses belajar adalah proses untuk menyeberangi sinaps ini dan membuat hubungan antar syaraf. Semakin banyak neuron yang nyambung, semakin pintar pula orang tersebut.

Berikutnya tampil Indra Munaswar dari Asosiasi Pekerja (ASPEK), bersama dengan rekannya Surya Chandra dari LSM Perburuhan TURC Pejompongan, mereka membahas Sistem jaminan Sosial Negara (SJSN) yang merupakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 namun sampai saat ini tidak juga dijalankan. Oleh karena itu, Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) yang terdiri dari 66 elemen mulai dari serikat buruh, nelayan, sampai mahasiswa, menempuh upaya-upaya supaya pemerintah menjalankan sistem jaminan sosial tersebut.

Jaminan sosial masuk dalam wilayah sila kelima pancasila, batang tubuh UUD 45 pasal 25A ayat (3), pasal 34 ayat (2) , dan pasal 28I ayat (4). Dalam hukum, seharusnya negara memberikan jaminan sosial kepada seluruh rakyat tanpa terkecuali, yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, sampai jaminan kematian. Menurut Indra, Jamkesmas yang dijalankan pemerintah sekarang sifatnya masih charity, yang besarannya bisa ditambah, bisa dikurangi, bahkan bisa juga hilang. Berbeda dengan konsep bantuan sosial di mana uang yang kita keluarkan untuk biaya rumah sakit mendapat penggantian, SJSN yang pertama kali digagas oleh Gus Dur ini menyediakan jaminan bahkan ketika kita belum sakit.

Melangkah Bersama

“Anda ini pemegang mandat takdir Allah. Dia menitipkan persentase otoritas, ngasih fasilitas, ngasih perlindungan. Anda adalah khalifah. Anda punya kekuatan untuk mentakdirkan hidup anda sampai batas yang diijinkan Allah.”

Emha Ainun Nadjib, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Setelah beberapa lagu dari Dik Doank dan kawan-kawan dari Kandank Jurank Doank, Cak Nun hadir dan menyapa jamaah, “Anda berkumpul di sini ini bukan produk Indonesia, karena di Indonesia oang berkumpul itu sama-sama karena menginginkan laba yang lebih banyak. Anda ke sini ini produk Allah.”

Cak Nun mengkritisi kapitalisasi yang terjadi pada banyak hal, “Indonesia itu sedang berada di puncak lupa, di puncak kegilaan, junun, di puncak alpa. Kenapa Merak (pelabuhan) macet? Apakah anda pernah mencari tahu kapitalisasi kemacetan? Bisa nggak orang yang memegang hak membuka dan menutup jalan itu mempelajari kapitalisasi kemacetan? Bisa nggak jalan dikapitalisasikan? Porong Sidoarjo itu kapitalisasi lokal. Mungkin nggak ada kapitalisasi kemacetan dalam skala global yang menghasilkan omzet sekian besar?”

Manusia tentunya terus menerus belajar, proses belajar ini menurut Cak Nun telah dilalui oleh manusia sejak proses penciptaan. “Setelah proses penciptaan, Allah menyuruh Izrail untuk mberesin homo erectus dan menyiapkan transformasi. Allah mengatakan dan mengajarkan pada Adam nama-nama dari setiap benda kemudian si manusia diuji untuk menyebutkannya di depan malaikat. Nama yang manakah yang diajarkan Allah kepada Adam? Nama-nama benda merupakan evolusi dari cara-cara masyarakat menyebut benda yang kemudian disepakati bersama. Jadi nama benda-benda itu bikinan manusia to? Terus yang diajarkan Allah kepada Adam itu nama-nama apa?

“Membaca itu yang nomor satu bukanlah literer, melainkan membaca fakta-fakta yang ada di alam. Inilah intisari dari perintah Iqraa. Tapi ada satu hal yang bisa kita pelajari, yaitu bahwa nama itu sangat penting dan oleh karena itu harus kita perhatikan benar-benar.”

“Esensi agama adalah ikhlas, melakukan sesuatu dengan sukarela, dengan senang, dengan perasaan nyaman. Maka Allah sangat membenci riya’, klaim-klaim bahwa kita yang paling benar dan yang lain salah.”

Nursamad Kamba, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Chandra yang telah berpuluh tahun melakukan riset dalam hal nama dan simbol, malam itu membuka uraiannya dengan mengatakan bahwa wajar saja kalau di tahun 2011 ini kesebelasan sepak bola kita morat-marit. “Dari tahun 1985 sudah kami sampaikan bahwa logo PSSI itu artinya menyerah dan saya tawarkan untuk memperbaikinya. Penderitaan Iblis dimulai dari ketidakmauannya menghargai nama-nama. Begitu juga yang terjadi pada bangsa kita yang telah mempermainkan nama-nama. Apa arti dari kata indonesia? Kata indonesia digagas oleh seorang Belanda pada 1855 untuk menggantikan nama hindia belanda. Di antara 66 nama negeri (kerajaan) yang dari dulu ada di Nusantara, nama inilah yang paling tidak nyambung. Bahkan dalam lagu kebangsaan, kita pun sebenarnya tidak mengakui indonesia, karena yang kita doakan supaya terus hidup adalah ‘indonesia raya’.”

Berdasarkan penelitiannya, Chandra menemukan bahwa kata-kata memiliki saudara, dan ternyata saudara dari kata indonesia adalah argentina. Mereka sama-sama terdiri dari 9 huruf, mempunyai dua huruf n, satu huruf e. Dan ternyata kelakuan dari dua negara itu hampir sama. Argentina merdeka ketika Portugis kalah, Indonesia merdeka ketika Jepang kalah. Keduanya sama-sama menjadi tempat berkumpulnya banyak bangsa, sama-sama pernah menjadi negara paling makmur di dunia, sama-sama pernah dipimpin rezim militer dan kini keduanya menduduki peringkat satu dan dua dalam hal utang terbanyak.

Dalam buku Selamat Tinggal Indonesia yang terbit pada 2003, Chandra menggambarkan bahwa kata indo mempunyai arti warga negara keturunan yang ada di Indonesia, sedangkan nesia adalah bagian lupa ingatan. Jadi indonesia berarti warga negara keturunan yang lupa ingatan? Betapa pentingnya arti dari sebuah nama sehingga selama 15 tahun nama-nama kota di China terus diperbaiki. Kalaupun tidak diperbaiki namanya, yang diperbaiki adalah hurufnya.

Dalam 9 hipotesis yang ditemukannya, salah satu objek kajian Chandra adalah lambang-lambang pancasila. Berikut ini beberapa kesalahan lambang pancasila dalam pandangannya:

— Sayap burung garuda patah, mirip shuttlecock. Tidak mungkin ada burung yang bisa terbang dengan sayap seperti itu.

— Berbeda dengan lambang negara Amerika Serikat yang berupa burung dengan bentangan sayap sangat lebar. Sebenarnya Nusantara pernah punya lambang semacam burung juga yang disebut Jatayu, manusia berwujud burung, yang menyerupai Hanoman. Seandainya perisai pancasila diletakkan pada Jatayu, akan terlihat sangat gagah.

— Gambar rantai untuk melambangkan kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan adanya keterbelengguan atau peradaban budak.

— Pohon beringin sebagai lambang untuk persatuan Indonesia seharusnya ditambahi gambar pagar supaya tidak kabur.

— Sebagai simbol keadilan sosial, gambar padinya terlalu sedikit sedangkan proporsi kapas terlampau besar. Ini menunjukkan adanya kebiasaan “cari rejeki dikit terus tidur”.

“Dalam setiap forum Maiyah, berlaku sabda Rasulullah bahwa kalau setiap hari ilmu saya tidak bertambah berarti hidup saya tidak berkah. Di samping memperoleh ilmu untuk menerangi hidup kita ini, di Maiyah kita juga mendapat barokah.”

Nursamad Kamba, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Chandra melanjutkan dengan menguraikan keistimewaan yang sama-sama dimiliki oleh nama Allah dan nama Muhammad, yaitu dua huruf jejer. Selama ini yang kita ketahui huruf itu ada 26, tapi berdasar penelitian Chandra ternyata ada 33 huruf. Huruf kembar merupakan huruf paling kuat di antara huruf-huruf yang ada, karena hanya dimiliki oleh Tuhan dan Nabi Muhammad. Huruf kembar/dempet itu memiliki unsur ketuhanan. Tapi sayangnya, tidak banyak orang yang memberi nama anaknya dengan nama yang mengandung huruf kembar itu. Contoh nama yang sangat kuat adalah Warren Buffet; dan kita bisa lihat sendiri bagaimana pengaruh kekuatan nama itu kepada si empunya.

Seorang di antara jamaah kemudian melontarkan pertanyaan, “Kalo memang nama punya pengaruh terhadap si pemilik, kenapa ada teman saya yang bernama Muhammad Yamin kok suka mabuk-mabukan sedangkan teman lain yang bernama Yosef Batista rajin salat?” Disusul dengan pertanyaan yang hampir serupa dari sudut kanan panggung, “Mana yang lebih penting: memahami jajaran huruf dalam nama kita atau berusaha sekeras mungkin untuk menjadi baik?”

Chandra menjawab, “Kekuatan huruf kembar merupakan satu bagian dari 9 hipotesis. Keberadaan huruf Y dapat mengganggu si pemilik nama. Hal ini telah disadari oleh Citibank, yang menghindari penggunaan huruf Y dalam namanya (bukan Citybank atau City Bank) dan juga menambahkan simbol payung dari huruf I ke huruf I yang lain. Dalam sejarah, nabi-nabi yang huruf awal namanya I lebih produktif dibanding nabi-nabi yang namanya diawali huruf Y. Kemungkinan lain yang mempengaruhi kondisi seseorang di samping nama adalah tanggal lahir. Selain itu, setelah berkeluarga, nama yang berperan dalam hidup seseorang adalah nama belakangnya.

Cak Nun memberi tambahan pada pernyataan-pernyataan yang dilontarkan sebelumnya oleh Chandra, “Huruf, nama, gambar, logo, simbol, merupakan salah satu unsur dari entitas manusia. Ada nama yang secara kuantitatif tidak memenuhi tapi bisa ditenggelamkan oleh kualitatif dari nama itu, sehingga komprehensi dari unsur-unsur itu harus juga dipelajari. Seperti juga anda yang memakai akik misalnya, jangan pernah mau anda diatur oleh akik anda. Andalah yang harus mengaturnya. Bisa saja kekuatan kualitatif membuat yang kuantitatif jadi sekunder. Anda ini pemegang mandat takdir Allah. Dia menitipkan persentase otoritas, ngasih fasilitas, ngasih perlindungan. Anda adalah khalifah. Anda punya kekuatan untuk mentakdirkan hidup anda sampai batas yang diijinkan Allah. Jangan lupa untuk terus ingat bahwa semua yang ada pada kita adalah remeh.”

“Ketika manusia berbuat kejahatan tapi justru bangga terhadap apa yang dilakukannya. Itulah jumud.”

Widjayanto, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Syekh Nursamad Kamba malam itu menyampaikan beberapa hal, “Dalam diskusi di Maiyah, sesungguhnya saya tidak pernah berniat sekali pun ingin menyampaikan ilmu atau nasihat, apalagi kalau itu disebut sebagai dakwah. Karena saya sesungguhnya mendapat wahyu bahwa seluruh ilmu yang saya pelajari secara akademis, yang tidak pernah saya pahami walaupun saya lulus, semua teori yang saya pelajari, hakikatnya ada pada hamba-Nya yang bernama Muhammad Ainun Nadjib. Dalam setiap forum Maiyah, berlaku sabda Rasulullah bahwa kalau setiap hari ilmu saya tidak bertambah berarti hidup saya tidak berkah. Di samping memperoleh ilmu untuk menerangi hidup kita ini, di Maiyah kita juga mendapat barokah.

“Adalah sulit kita gambarkan kebersamaan ketika ada yang duluan melangkah, ada yang belum melangkah; ada yang ke kiri, ada yang ke kanan. Betapa sulitnya menyatukan hamba-hamba Allah. Silakan melangkah ke kiri atau kanan, yang penting ada ketulusan, keikhlasan. Ini yang membedakan forum Maiyah dengan forum pengajian lainnya. Esensi agama adalah ikhlas, melakukan sesuatu dengan sukarela, dengan senang, dengan perasaan nyaman. Maka Allah sangat membenci riya’, klaim-klaim bahwa kita yang paling benar dan yang lain salah. Allah menipu kita dengan kesan bahwa kita sedang melakukan kebaikan, padahal yang kita lakukan adalah kerusakan. Maka hanya Allah-lah tempat kita bergantung satu-satunya.

“Ketulusan yang ada di dalam forum kita ini adalah semacam penyangga dari runtuhnya bangsa kita. Dalam hadits disebutkan bahwa malaikat selalu memberikan naungan kepada majlis yang di situ Allah diperkenalkan. Dan jangan sampai kita menganggap bahwa majlis itu selesai ketika sudah ditutup.”

Melangkah Bersama

“Ketulusan yang ada di dalam forum kita ini adalah semacam penyangga dari runtuhnya bangsa kita.”

Nursamad Kamba, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Menyikapi kondisi bangsa akhir-akhir ini, Cak Nun sampaikan, “Ada satu idiomatik bahwa Indonesia bisa diibaratkan sebagai sawah yang jumlah alang-alangnya melebihi batas. Bagaimana bisa? Karena padi-padi itu semakin tidak berani menjadi padi. Padi-padi itu menjadi gabug, dan saat ini alang-alang sudah hampir memenuhi seisi sawah. Maka Allah akan melakukan pencabutan alang-alang secara besar-besaran. Ada term rowasiyah. Pencabutan besar-besaran itu bisa melalui tsunami, bisa gempa, bisa amblesnya kota, dan sebagainya. Tapi itu bisa ditawar. Anda harus berani menjadi padi, yaitu berani berbuat baik.

“Tahun ini dan tahun depan benar-benar akan ada penyingkalan besar-besaran, tapi kita tawar, kita negosiasi dengan bikin ketulusan forum seperti ini. Ini jelas produk Allah SWT. Kalo nggak mana bisa? Tidak ada makhluk di seluruh alam semesta ini yang bisa tahan duduk sampai lewat jam tiga pagi tanpa mengharapkan apa-apa. Kekuatan Allah tajalli ke dalam tulang punggung anda, ke dalam aliran darah anda.

“Cara tawar yang kedua adalah melalui keluarga. Silahkan anda nyopet, asalkan uang hasil copetan itu anda gunakan untuk memberi makan anak-istri. Syukur-syukur ya jangan nyopet. Yang ketiga adalah lewat ibadah. Ndak fasih ndak apa-apa. Nggak ada aturan dalam fikih untuk fasih dan khusuk. Masalah khusuk iku masalah raimu.

“Pada lapangan sunatullah, manusia harus bekerja keras untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Namun ada saat di mana Tuhan memberikan pertolongan tanpa bergantung pada sebab, yaitu dengan nusratullah dan qudratullah.”

Widjayanto, Kenduri Cinta (Apr, 2011)

Hampir pukul tiga pagi ketika Ustaz Widjayanto memulai sesinya. Lewat sebuah game sederhana, di mana jamaah diminta melakukan tepuk tangan sesuai instruksi, beliau menyimpulkan bahwa membangun kebersamaan itu mudah pada awalnya, tapi susah ketika sudah ada yang harus dikorbankan. Melangkah itu perlu kekuatan.

Menanggapi soal nama, Wijayanto mengingatkan bahwa Rasulullah pernah mengubah nama, karena nama adalah idealisme yang ditanamkan. Di atas nama masih ada tanda, indeks, ikon, dan simbol. Yang terakhir disebut adalah suatu tingkatan yang sudah punya konsekuensi.

Melanjutkan analogi yang digunakan Cak Nun untuk menggambarkan Indonesia saat ini, Wijayanto memaparkan bahwa ketika yang ada di sawah itu padi, yang tumbuh kemudian adalah rumput. Dan rumput itu mengundang kehadiran binatang ternak. Menurut Imam Al-Ghazali, binatang ternak itu sifatnya nggak peduli, tapi masih nggak apa-apa. Tapi kalau sudah tumbuh alang-alang, yang datang adalah binatang buas. Binatang buas adalah binatang yang membahayakan. Jika alang-alang itu dibiarkan saja, sawah akan menjadi hutan. Hutan mengundang binatang berbisa. Jika binatang buas memangsa makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan perutnya, binatang berbisa menyerang hanya karena iseng. Dalam surah Thoha: 213 dan Al-Kahfi: 122-124 digambarkan mengenai hal ini, yaitu ketika manusia berbuat kejahatan tapi justru bangga terhadap apa yang dilakukannya. Itulah jumud. “Orang kalo udah iseng, luar biasa.”

Ada beberapa sistem yang diberlakukan oleh Allah, yaitu sunatullah, nusratullah, dan qudratullah. Pada lapangan sunatullah, manusia harus bekerja keras untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Namun ada saat di mana Tuhan memberikan pertolongan tanpa bergantung pada sebab, yaitu dengan nusratullah dan qudratullah.

Kenduri Cinta ditutup dengan doa bersama.